Proses pelaksanaan pemilihan umum yang berjalan aman dan lancar di Indonesia mendapat perhatian khusus dari Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva. Dalam acara Halal Bihalal Keluarga Bima se-Pulau Lombok di Mataram, Minggu (31/8) lalu, Hamdan menyampaikan rasa bangganya atas suksesnya pelaksanaan Pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden yang digelar beberapa waktu lalu.
Sebagai ahli hukum yang mengikuti perkembangan demokrasi dan ketatanegaraan di dunia, ia membandingkan mulusnya proses Pemilu Indonesia dibandingkan dengan proses Pemilu di berbagai negara yang acap kali menimbulkan permasalahan. “Banyak negara yang gagal dalam menjalankan proses demokrasi. Mereka tidak berhasil menyelenggarakan Pemilu yang demokratis, yang mendapatkan legitimasi rakyat. Akibatnya terjadi kekacauan dan problem yang sulit diselesaikan,” ujar Hamdan di hadapan masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Hamdan mencontohkan negara-negara di Timur Tengah yang terus berkecamuk pasca dilakukannya Pemilu. Demikiannya halnya yang terjadi di Thailand, di mana rakyat menyatakan rasa ketidakpercayaannya terhadap pemerintahan sebagai hasil Pemilu. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam etnis, suku, dan agama, menurut Hamdan, tidak menjadi penghalang untuk suksesnya Pemilu demokratis untuk kesekian kalinya. “Padahal negara-negara itu tidak memiliki permasalahan kesukuan yang kompleks seperti Indonesia. Sebagai negara muslim terbesar di dunia, mereka kagum mengapa Indonesia bisa sukses berdemokrasi,” tukasnya.
Dalam acara yang juga dihadiri Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin, Hamdan menegaskan bahwa menurut teori-teori negara demokrasi, setiap negara yang menerapkan sistem demokrasi yang sehat harus terlebih dulu melalui tahap konsolidasi demokrasi. Tahap ini merupakan tahap awal, sehingga sangat rawan dan berbahaya. Jika tahap ini dapat dilalui, maka bisa dipastikan negara itu akan dapat menjadi negara besar yang menerapkan sistem demokrasi secara sehat. Sebaliknya, jika tahap itu tidak dapat terlaksana dengan baik, maka akan terjadi kemunduran yang sangat hebat kerusakannya.
Hamdan juga menjelaskan, justru pada masa konsolidasi demokrasi itulah, ia dipercaya memimpin MK yang sedang berada dalam titik nadir pasca tertangkapnya Akil Mochtar dalam kasus penyuapan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. ”Saat itu merupakan momen yang sangat berat buat saya. Wibawa dan nama baik MK hancur. Dan saya ditugasi untuk membenahi dengan mengembalikan kepercayaan masyarakat. Sungguh bukan suatu tugas yang mudah,” sambung Hamdan mengenang masa-masa sulit itu.
Namun di hari pertama dilantik menjadi Ketua MK, Hamdan sempat mengutarakan satu permintaan pada keluarga dan para sahabat. “Saya minta tolong doakan saya. Doakan agar saya mampu menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Belakangan baru saya tahu, ternyata banyak yang mendoakan saya. Tokoh-tokoh Islam dan orang-orang Islam yang saya temui di masjid-masjid, yang tidak saya kenal mengatakan bahwa mereka selalu mendoakan saya. Ternyata doa-doa itu yang memampukan saya melaksanakan tugas ini,” pungkas Hamdan optimis. (Agung Sumarna/mh)