JAKARTA, HUMAS MKRI – Empat hal penting yang dapat mengembangkan kemampuan para mahasiswa yang baru saja memilih jurusan hukum. Pertama, kemampuan membaca dengan baik literatur yang multi perspektif. Kedua, harus memberanikan diri untuk berbicara di depan publik, sebagai modal penting untuk menjadi sarjana hukum. Kalau tidak percaya diri bicara di depan umum, maka ini akan menjadi masalah.
“Berikutnya, kemampuan menulis dengan baik. Ini tantangan paling berat bagi mahasiswa sekarang. Karena semuanya gampang diakses ke dunia maya. Kadang-kadang dengan mudah mahasiswa terjebak melakukan copy paste. Saya sudah menulis artikel sejak tahun 1995 di berbagai media massa. Kebiasaan menulis sudah saya lakukan sejak kuliah,” ujar Hakim Konstitusi Saldi Isra sebagai narasumber Webinar “Pendidikan Tinggi Hukum dan Konteks Kenegaraan” yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu pada Sabtu (12/9/2020) pagi.
Selain itu, Saldi berpesan agar para mahasiswa menyisakan waktu untuk memperbaiki bahasa Inggris. Menurut Saldi, menjadi sarjana hukum dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, berpeluang lebih cepat diterima di perusahaan-perusahaan multinasional untuk profesi apapun.
“Kalau Anda bisa belajar dengan baik, yakinlah bahwa ruang bagi alumni fakultas hukum jauh lebih luas di lapangan kerja dibandingkan fakultas lain. Sarjana hukum berpotensi bekerja di rumah sakit di bagian administrasi atau legal. Tapi tidak pernah lulusan kedokteran bisa menjadi hakim. Jadi hakim, jaksa, advokat hanya bisa diisi sarjana hukum. Para sarjana hukum dibutuhkan perusahaan-perusahaan untuk profesi legal di tengah peradaban seperti hari ini,” tegas Saldi. Empat pesan tersebut disampaikan Saldi kepada para mahasiswa baru yang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Bengkulu dan para mahasiswa fakultas hukum kampus-kampus lainnya.
Pengalaman Masa Lalu
Dalam acara tersebut, Saldi menuturkan pengalaman saat ia lulus SMA jurusan fisika pada 1988. Selanjutnya ia ikut tes masuk ke Institut Teknologi Bandung (ITB) namun gagal. Dia juga sempat mengikuti UMPTN 1989 dan kembali tidak berhasil. Beberapa kali mengalami kegagalan, dia memutuskan hijrah ke Jambi untuk mencari kerja. Usai merasa uang yang dimilikinya cukup untuk melanjutkan kuliah, dia kembali mencoba peruntungannya. Pada 1990, dia kembali mendaftar UMPTN memilih kuliah di Fakultas Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya, Teknik Sipil Universitas Andalas dan Ilmu Hukum Universitas Andalas.
Singkat cerita, Saldi diterima kuliah di Fakultas Hukum Universitas Andalas. Pertama kali kuliah Saldi mengaku mengalami kesulitan karena di SMA menangani fisika, sedangkan kuliah di bidang hukum. Di SMA, dalam seminggu dia belajar matematika untuk 12 jam pertemuan. Kemudian dia belajar fisika selama 12 jam pertemuan, sedangkan kimia selama 8 jam pertemuan.
“Jadi semua main formula, angka-angka, tidak pernah baca buku, lalu dihafal dan diingat. Begitu saya masuk ke fakultas hukum, saya menghadapi sesuatu yang sangat berbeda yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya harus lebih banyak mencatat, membaca, meringkas buku dan segala macamnya. Saya merasa, jangan-jangan saya terperosok ke tempat yang tidak tepat,” ungkap Saldi yang setelah menjadi Hakim Mahkamah Konstitusi sudah menerbitkan sebanyak 10 buku dan 10 jurnal internasional.
Berbagai pengalaman, baik suka maupun duka dialami Saldi saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Andalas. Di antaranya, buku-buku hukum yang tersedia kala itu sangat langka dan hanya mengandalkan diktat dari kampusnya. Namun hal ini justru menjadi tantangan dirinya untuk terus kuliah di Universitas Andalas.
“Ketika kuliah, saya tidak pernah membawa buku lebih dari satu lembar. Kalau dosen menerangkan, saya catat inti-intinya. Sampai di rumah, saya catat kembali ke buku yang lebih rapi. Kalau sudah dekat ujian, saya jadi idola di fakultas hukum. Banyak teman-teman se-angkatan mem-fotocopy buku catatan saya,” jelas Saldi. Di sisi lain, ada pengalaman yang membanggakan, Saldi seringkali mengikuti berbagai lomba di kampusnya, bahkan sering jadi pemenang menghadapi fakultas-fakultas lainnya di Universitas Andalas.
Namun yang tidak diduga dan mengejutkannya, lanjut Saldi, pada semester pertama kuliah ia memperoleh nilai IPK 3,71. Pada semester kedua, ia belajar lebih serius lagi dan memperoleh IPK 4,00 sebagai nilai tertinggi dalam perkuliahan.
“Baru saya berpikir, hal ini merupakan rahasia Tuhan menempatkan saya kuliah di bidang hukum. Kalau Anda sekarang baru kuliah di fakultas hukum yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, Anda jangan kemudian meremehkan takdir Tuhan. Karena pasti ada rahasia Tuhan di balik itu semua,” ujar pria kelahiran 20 Agustus 1968 ini bijak. Lulus program S-1 FH Unand dengan IPK 3,86 Saldi menempuh program S-2 di University of Malaya pada 2001 dan program S-3 di Universitas Gadjah Mada pada 2009. (*)
Penulis : Nano Tresna Arfana
Editor : Lulu Anjarsari